HUKUM MENGGABUNGKAN PUASA SUNAH DENGAN PUASA QADHA RAMADHAN.

HUKUM MENGGABUNGKAN PUASA SUNAH DENGAN PUASA QADHA RAMADHAN.

Terdapat perbedaan pandangan mengenai hukum menggabungkan puasa sunah dan wajib seperti puasa syawal dan qadha puasa ramadhan.

Puasa syawal selama 6 hari adalah puasa yang apabila dijalani niscaya akan menyempurnakan ibadah puasa ramadhan.Amalan puasa syawal bahkan setara dengan puasa selama 1 tahun penuh.

Lalu,apakah puasa syawal bisa digabung dengan qadha puasa ramadhan ?
Mengingat,terkadang puasa ramadhan kita masih ada yang bolong karena satu dan lain hal.

Sebagaimana disebutkan di dalam fatea Syabakah Islamiyah :

Artinya: ”Orang yang melaksanakan puasa wajib, baik qadha ramadhan, puasa kaffarah, atau puasa lainnya, tidak sah untuk digabungkan niatnya dengan puasa sunah. Karena masing-masing, baik puasa wajib maupun puasa sunah, keduanya adalah ibadah yang harus dikerjakan sendiri-sendiri. Dan puasa sunah bukan turunan dari puasa wajib. Sehingga tidak boleh digabungkan niatnya.” (Fatawa Syabakah Islamiyah, no. 7273)

Hal serupa pun, dijelaskan Mazhab Hambali yang lebih keras dalam menghukumi hal ini.

Para ulama mazhab ini menyatakan haram hukumnya mendahulukan puasa sunah sementara masih punya utang puasa wajib.

Dasarnya adalah hadis riwayat Ahmad dari Abu Hurairah RA:

Siapa yang berpuasa sunah namun ia masih memiliki tanggungan puasa Ramadan (yang harus di-qadha), puasa sunah tidak diterima sampai ia menyelesaikan puasa wajibnya."

Namun, ada juga beberapa kalangan yang berpendapat menyatakan boleh menggabungkan puasa sunah dengan wajib kecuali puasa 6 hari pada bulan Syawal.

Seperti yang dijelaskan Imam Ibnu Utsaimin:

Artinya : ”Orang yang melakukan puasa hari arafah, atau puasa hari asyura, dan dia punya tanggungan qadha ramadhan, maka puasanya sah. Dan jika dia meniatkan puasa pada hari itu sekaligus qadha ramadhan, maka dia mendapatkan dua pahala: 
(1) Pahala puasa arafah, atau pahala puasa Asyura, dan 
(2) Pahala puasa qadha. Ini untuk puasa sunah mutlak, yang tidak ada hubungannya dengan ramadhan.” (Fatawa as-Shiyam, 438).

Diperbolehkannya menggabungkan puasa sunah dan wajib pun dijelaskan dalam fatwa Nur ’ala ad-Darbi:

Artinya : "Ketika ada orang yang hendak puasa wajib (qadha), bertepatan dengan puasa sunah, seperti puasa 10 hari pertama dzulhijjah, atau puasa arafah, atau puasa asyura, sekaligus puasa wajib, kami berharap dia mendapatkan pahala puasa wajib dan puasa sunah. Berdasarkan makna umum dari sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau ditanya tentang puasa arafah, ’Saya berharap kepada Allah, agar puasa ini menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang."

sebagian ulama memberikan pengecualian untuk puasa 6 hari di bulan syawal. Bahwa orang yang hendak puasa sunah 6 hari di bulan syawal, dia diharuskan menyelesaikan qadha puasa ramadhannya terlebih dahulu, agar dia bisa mendapatkan pahala seperti puasa selama setahun.

Kesimpulan ini berdasarkan hadis dari Abu Ayyub al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :


Artinya :“Siapa yang puasa ramadhan, kemudian dia ikuti dengan 6 hari puasa syawal, maka seperti puasa setahun.” (HR. Muslim 1164)

Pada hadis di atas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan janji pahala seperti puasa setahun dengan 2 syarat: 
(1) Menyelesaikan puasa ramadhan,
(2) Puasa 6 hari di bulan syawal.

Mengingat puasa 6 hari di bulan syawal dikaitkan dengan selesainya puasa puasa ramadhan, maka tidak mungkin seseorang menggabungkan niat puasa syawal dengan niat puasa qadha. Sebagaimana tidak mungkin seseorang menggabungkan shalat sunah ba’diyah dengan shalat wajib yang sedang dikerjakan.
Waallahua'lam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KEUTAMAAN MEMELIHARA AYAM

ISTRIKU SEMAKIN MENUA.

KEUTAMAAN HARI ASYURA