HUKUM KELUAR MANI SAAT PUASA
Keluar Mani Saat Puasa
Pertanyaan:
Apakah batal puasa sesorang yang keluar mani di siang hari saat puasa?
Jawaban:
Keluar mani saat puasa bisa membatalkan puasa juga tidak membatalkan puasa.
Adapun keluar mani yang membatalkan puasa ada dua:
1. Dengan istimna' (masturbasi), yakni sengaja ingin keluar mani secara mutlaq dengan cara apapun.
2. Ketika mubasyaroh (berpelukan) dengan istrinya tanpa penghalang.
Sedangkan keluar mani yang tidak membatalkan puasa dalam dua hal:
1. Ketika keluar dengan tanpa berpelukan, seperti karena melihat atau berfantasi.
2. Ketika keluar mani karena berpelukan tapi menggunakan penghalang.
Referensi:
Fathul Qorib Al-mujib:
(و) السادس (الإنزال) وهو خروج المني (عن مباشرة) بلا جماع محرما كإخراجه بيده أو غيرَ محرم كإخراجه بيد زوجته أو جاريته. واحترز بمباشرة عن خروج المني باحتلام، فلا إفطار به جزما
Perkara yang membatalkan puasa yang ke-6 adalah inzal, inzal yaitu keluar mani karena mubasyaroh (pertemuan kulit) tanpa adanya jima', baik keluar mani dengan cara yang diharamkan seperti mengeluarkan mani dengan tangan sendiri (comlay/masturbasi) atau dengan cara yang tidak diharamkan seperti mengeluarkan mani dengan tangan istrinya atau jariyahnya, pengecualian dari mubasyaroh adalah keluar mani karena mimpi basah, maka tidak batal puasanya secara pasti, karena mimpi basah.
[محمد بن قاسم الغزي، فتح القريب المجيب في شرح ألفاظ التقريب = القول المختار في شرح غاية الاختصار، صفحة ١٣٨]
Fathul Mu'in Bisyarhi Qurrotil Ain:
لا بـقبلة وضم لامرأة بحائل: أي معه وإن تكرر بشهوة أو كان الحائل رقيقا فلو ضم امرأة أو قبلها بلا ملامسة بدن بلا بحائل بينهما فأنزل: لم يفطر لانتفاء المباشرة كالاحتلام والإنزال بنظر وفكر ولو لمس محرما أو شعر امرأة فأنزل: لم يفطر لعدم النقض به.
Tidak batal puasa dengan mencium dan merangkul Istri tanpa adanya penghalang, yakni merangkul dan mencium istri saat sedang menggunakan penghalang, meski berulang kali dan disertai syahwat atau ada penghalang, tapi penghalangnya tipis.
Apabila merangkul istri atau menciumnya tanpa bersentuhan badan yang keduanya juga tidak berpakaian, lalu keluar mani, maka tidak batal puasanya karena tidak adanya mubasyaroh (bersentuhan kulit) seperti halnya mimpi keluar mani, atau karena melihat yang mensyahwati atau berfantasi. Apabila menyentuh mahromnya sendiri atau menyentuh rambut Wanita lalu keluar mani, maka tidak membatalkan puasa, sebab tidak adanya hal yang membatalkan wudlu.
[زين الدين المعبري ,فتح المعين بشرح قرة العين بمهمات الدين ,page 264]
I'anah Tholibin Ala Hilli Alfadzi Fathil Mu'in:
(قوله: لم يفطر) قال سم: الوجه أن محل ذلك ما لم يقصد بالضم مع الحائل إخراج المني.
(Qouluhu: Lam Yufthir) Ibnu Qosim berkata: satu pendapat bahwa letak tidak membatalkannya adalah selagi tidak menyengaja hendak mengeluarkan mani dengan cara merangkul dengan adanya penghalang.
أما إذا قصد ذلك وخرج المني، فهذا استمناء مبطل،
وكذا لو مس المحرم بقصد إخراج المني - فإذا أخرج بطل صومه، هذا هو الوجه المتعين، خلافا لما يوهمه الروض وشرحه. م ر. اه.
Adapun jika bertujuan hendak mengeluarkan mani dengan cara tadi, maka ini termasuk istimna' yang membatalkan puasa, demikian pula jika menyentuh mahrom dengan tujuan hendak mengeluarkan mani, maka apabila maninya beneran keluar, puasanya batal. Ini adalah pendapat yang muta'ayyin. Khilaf pada satu pendapat yang mengatakan tidak batal dalam kitab Ar-raudlo dan syarahnya, Ar-romli. Selesai.
وفي البجيرمي ما نصه: حاصل الإنزال أنه إن كان بالاستمناء أي بطلب خروج المني - سواء كان بيده، أو بيد زوجته، أو بغيرهما - بحائل، أو لا، يفطر مطلقا
Dalam keterangan kitab Al-bujaromi yang mana redaksinya: keluar mani jika dengan istimna' (yakni hendak mengeluarkan mani: coly) baik dengan tangannya sendiri atau dengan tangan istrinya atau yang lainnya, dengan penghalang atau tidak, maka dapat membatalkan puasa secara mutlak.
وأما إذا كان الإنزال باللمس من غير طلب الاستمناء - أي خروج المني - فتارة يكون مما تشتهيه الطباع السليمة، أو لا، فإن كان لا تشتهيه الطباع السليمة - كالإمرد الجميل، والعضو المبان - فلا يفطر بالإنزال مطلقا، سواء كان بشهوة أو لا، بحائل أو لا.
Sedangkan jika keluarnya mani dengan sebab bersentuhan tanpa didasari ingin keluar mani (masturbasi) kemungkinan berupa sesuatu yang disyahwati oleh tabi'at yang normal atau tabi'at tidak normal. Apabila menyentuh sesuatu yang tidak disyahwati oleh tabi'at yang normal seperti menyentuh imrod (meril) cowok yang cantik dan anggota yang jelas, maka tidak membatalkan puasa jika keluar mani, secara mutlaq, baik dengan syahwat atau tidak dengan penghalang atau tanpa penghalang.
وأما إذا كان الإنزال بلمس ما يشتهى طبعا: فتارة يكون محرما، وتارة يكون غير محرم، فإن كان محرما، وكان بشهوة وبدون حائل، أفطر، وإلا فلا.
Sedangkan jika keluar mani dengan sebab menyentuh sesuatu yang disyahwati secara watak, yang bisa jadi berupa mahrom atau bukan mahrom. Jika mahrom dengan syahwat serta tanpa adanya penghalang, maka membatalkan puasa, jika tanpa syahwat atau dengan penghalang, maka tidak batal.
وأما إذا كان غير محرم - كزوجته - فيفطر الإنزال بلمسه مطلقا، بشهوة أو لا، بشرط عدم الحائل.
Jika yang disentuh bukan mahrom seperti istrinya, maka batal puasa apabila keluar mani dengan cara menyantuhnya, secara mutlaq: baik bersyahwat atau tidak. Dengan syarat tidak adanya penghalang.
وأما إذا كان بحائل، فلا فطر به مطلقا، بشهوة أو لا.
أفاده شيخنا ح ف. اه.
Jika dengan penghalang, maka tidak batal secara mutlaq: baik dengan syahwat atau tidak. Hal ini dikemukakan oleh guru kamu Al-hafaniy. Selesai.
(قوله: لانتفاء المباشرة) علة لعدم الإفطار.
(Qouluhu: lintifa'i mubasyaroh) inilah yang menjadi ilat tidak batalnya puasa.
(قوله: كالاحتلام) الكاف للتنظير: أي كما أنه لا يفطر بالاحتلام.
(Qouluhu: kalihtilami) kaf di sini adalah kaf bimakna tandzir. Yakni sebagaikana puasa tidak batal karena mimpi basah.
(قوله: والإنزال بنظر وفكر) أي وكالإنزال بنظر وفكر، فإنه لا يفطر به، لانتفاء المباشرة.
(Qouluhu: wal inzal bi nadzri aw fikri) yang seperti halnya keluar mani sebab melihat atau berfantasi, maka tidak batal puasanya sebab tidak adanya mubasyaroh.
قال البجيرمي: ما لم يكن من عادته الإنزال بهما، وإلا أفطر - كما قرره شيخنا ح ف. اه.
Al-bujairomi berkata: selagi bukan kebiasaannya keluar dengan kedua cara tadi, jika sudah menjadi kebiasaan bakal keluar mani dengan cara itu, maka batal. Sebagaimana yang telah ditetapkan oleh guru kami Al-hafaniy. Selesai.
[البكري الدمياطي، إعانة الطالبين على حل ألفاظ فتح المعين، ٢٥٦/٢]
Taqrirot Sadidah, halaman 454-455:
وخلاصة مسألة خروج المني، أنه تارة تبطل وتارة لا تبطل
Ringkasan masalah keluar mani saat puasa, kadang kala membatalkan puasa dan kadang kala tidak membatalkan puasa.
فيبطل في حالتين.
١. بالإستمناء، أي بطلب خروج المني مطلقا بأي كيفية
٢. وإذا باشرا امرأته من غير حائل
Adapun keluar mani yang membatalkan puasa ada dua:
1. Dengan istimna' (masturbasi), yakni sengaja ingin keluar mani secara mutlaq dengan cara apapun.
2. Ketika mubasyaroh (berpelukan) dengan istrinya tanpa penghalang.
ولا يبطل في حالتين:
١. إذا خرج من غير مباشرة كنظر أوفكر
٢. وإذا خرج بمباشرة ولكن بحائل
Keluar mani yang tidak membatalkan puasa dalam dua hal:
1. Ketika keluar dengan tanpa berpelukan, seperti karena melihat atau berfantasi.
2. Ketika keluar mani karena berpelukan tapi menggunakan penghalang.
[تقريرات السديدة صحفة ٤٥٤-٤٥٥]
Wallohu A'lamau Bisshowaab.
Komentar
Posting Komentar